Penulis: Alviana Machyuniatul Khusna
Halo semuanya! Perkenalkan aku Alviana Machyuniatul Khusna dari Teknik Geologi UGM angkatan 2022, artikel ini berisi cerita singkatku tentang bagaimana aku menjalani KL Bayat hingga KL Mandiri di Sragen-Grobogan, sekaligus merupakan tugas penutup KL ku :D. Kuliah Lapangan ini merupakan mata kuliah wajib, dimulai dari Kuliah Lapangan Bayat, di Klaten hingga Kuliah Lapangan Mandiri, di daerah kavling masing-masing. Kegiatan ini mencakup daerah Zona Kendeng dan memanjang dari Semarang hingga Lamongan.
Kuliah Lapangan Bayat, 11 hari pelatihan jiwa dan raga. Kegiatan setiap harinya dimulai senam subuh, kegiatan lapangan dari pagi sampai sore, ujian, remidi dan tugas tiap malam. Kegiatan di Bayat ini membuat kaki menjadi kapalan dan sepatu lapanganku rusak karena selalu jalan kaki kemanapun, tetapi aktivitas ini membuat badan menjadi lebih sehat karena berjalan lebih dari 10.000 langkah tiap harinya. Di Bayat ini kelompokku, kelompok Do’a Ibu, mendapat kavling pemetaan E yang letak nya di Gunung Kidul. Untungnya panitia KL menyediakan “Oscar” untuk mobilisasi kami dari Kampus Lapangan Bayat ke kavling.
Setiap sore setelah kegiatan pemetaan dan sampai di Kampus Geologi Bayat, kami diwajibkan untuk mengumpulkan output lapangan kami ke asisten yang udah menunggu kami di depan kampus. Tugas yang dikumpulkan yaitu peta lintasan dan BCL yang berisi informasi yang sudah kami dapatkan selama pemetaan dari beberapa Stasiun Titik Amat (STA), dimulai dari koordinat, lokasi administrasi, morfologi, litologi, struktur, dan potensi. Setelah itu kami langsung naik ke kamar, antri mandi sembari bercerita hal aneh di hari itu ke roommate, dan dilanjutkan bersiap untuk makan malam. Kuliah Lapangan Bayat ini merupakan pengalaman yang menyenangkan dan melelahkan karena setiap tidur aku harus menggunakan koyo untuk meredakan rasa pegal di badanku. Bagian yang menyenangkan dari Kuliah Lapangan Bayat adalah mendapatkan teman sekamar yang baik hati dan dapat diajak untuk berbagi keluh kesah selama 11 hari dan makan bersama seperti di film Harry Potter.
Melanjutkan cerita ke pemetaan yang sebenarnya, Pemetaan Mandiri. Setelah Kuliah Lapangan Bayat selesai di tanggal 12 Juli 2024 dan kelompokku berangkat ke Sragen di tanggal 15 Juli 2024. Alhamdulillah kami dapat beristirahat singkat selama 2 hari di kosan. Sebelumnya, kita sudah melakukan survey ke Sragen untuk mencari basecamp atau pondokan untuk 1 bulan pemetaan yaitu rumah Pak Pagon di Desa Ngrombo. Ada 1 pengalaman baru di hidupku yang aku dapat selama pemetaan mandiri ini yaitu tinggal di daerah susah air dan WC luar yang harus menimba sumur apabila air habis, dikarenakan kita berada di litologi batupasir dan napal.
Setelah sampai di pondokan, aku dan Hafiz langsung mendapatkan 1 STA yang kebetulan pondokan ini berlokasi di daerah tampalan kavlingku dan kavling Hafiz. STA ini letaknya di belakang WC rumah Pak Pagon. Stasiun Titik Amat (STA) Hidden Gem dengan litologi Batulanau karbonatan sisipan batupasir karbonatan yang memiliki perhitungan lapisan strike/dip N 340° E/14°
Daerah pemetaanku mencakup dari Desa Geyer, Desa Pulokulon, Desa Gesi, Desa Ngrombo, dan Desa Paker, Kecamatan Tangen, Kecamatan Pulokulon, Kecamatan Galeh, Kecamatan Sigit, dan Kecamatan Bago, Kabupaten Sragen dan Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Selama pemetaan, aku ditemani adik tingkatku, Ghupita Hanum Sundareni. Setiap harinya kami menjadi seperti manusia aneh yang berkendara motor secara pelan-pelan sembari melihat ke kanan dan kiri. Tidak heran jika warga was-was melihat kami. Setiap menemukan singkapan dekat rumah warga, pastinya kita akan izin untuk pengamatan, disini Hanum menjadi juru bicaraku, karena kemampuan Bahasa Jawa Hanum lebih bagus daripada aku yang hanya bisa menjawab nggih. Hari-hari kami adalah melewati kebun jagung dan hampir tiap siang kami makan bakso karena di daerah sekitar pemetaanku penjual yang dapat dijumpai hanyalah bakso dan mie ayam. Alhamdulillah jika dibandingkan dengan kavling pemetaan Huda, teman sekelompokku, yang tempat pemetaannya hanya ada hutan dan napal.
Setiap sore setelah pemetaan, pastinya Ibu Pagon sudah menyiapkan air di ember-ember yang ada di kamar mandi untuk kami mandi, kemudian kami mengantri mandi dengan list mandi di grup Whatsapp “Warga Pak Pagon”, dilanjutkan dengan sholat maghrib berjamaah di mushola dekat rumah Pak Pagon. Di malam harinya setelah makan, para porter (Hanum, Kayla, Rafi, Ghazy, Quna) pasti akan menonton film horor di bagian timur ruang tamu, dan kami para mapper (Nia, Bile, Goni, Alip, Apis) pusing memikirkan kavling ajaib kami yang terlipat, tersesarkan, tersegalanya karena berada di Zona Fisiografi Kendeng.
Setelah melakukan kegiatan lapangan, tentunya perjalanan kami belum selesai, kami masih harus melakukan konsultasi peta kepada dosen, membuat poster, revisi poster, membuat laporan, dan presentasi. Untungnya semua sudah terlewati meski harus begadang dan menangis. Saya bersyukur ada di Geologi, mendapatkan kelompok Do’a Ibu, bisa jadi anak bimbingan KL Pak Sugeng, bisa tinggal di Ngrombo, memiliki porter seperti Hanum, mendapatkan orang tua yang suportif, punya teman yang baik, bisa Kuliah Lapangan, dan banyak hal lain yang disyukuri saat menjalani dan menyelesaikan Kuliah Lapangan ini.
Terima kasih saya ucapkan terkhusus untuk Ibu Pagon yang sudah menerima kami dengan baik, sudah memasakkan kami, sudah memenuhi kecukupan air kami, semoga Pagon Family selalu diberi kebahagiaan. Selain itu, terima kasih teman-teman semuanya, semoga hal-hal baik senantiasa menemani jalan kita semua <3
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024