Kebutuhan akan pengelolaan sumber daya air yang efisien semakin meningkat, terutama di wilayah yang memiliki potensi besar untuk pertanian seperti Nusa Tenggara Barat. Salah satu proyek strategis yang dirancang untuk mengatasi tantangan ini adalah pembangunan sistem irigasi Bintang Bano. Sistem ini bertujuan untuk mendistribusikan air dari Bendungan Bintang Bano ke sejumlah desa seperti Rempe, Seteluk, Seloto, dan Senayan. Sistem irigasi tidak akan terlepas dari terowongan, yang memiliki peran penting dalam memastikan distribusi air secara optimal ke area pertanian di sekitarnya. Untuk membangun terowongan perlu diperhatikan stabilitas terowongan untuk menghindari risiko terjadinya longsor akibat adanya perubahan tekanan dan masa batuan di sekitar terowongan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan desain yang tepat untuk menentukan metode penggalian dan sistem penunjang yang sesuai.
Penentuan metode penggalian dan sistem penunjang didasari oleh evaluasi kualitas masa batuan yang dikenal sebagai klasifikasi Rock Mass Rating 89 (RMR89). Metode ini memberikan panduan dalam mengevaluasi kualitas massa batuan dan merekomendasikan metode penggalian serta sistem penunjang berdasarkan parameter geoteknik tertentu. Studi ini dilakukan oleh Ananda dkk. (2024) untuk memberikan rekomendasi metode penggalian dan sistem penunjang pada terowongan dan memprediksi waktu stabilitas (stand-up time) terowongan untuk memastikan keamanan selama konstruksi. Penelitian ini menggunakan data geologi permukaan dan bawah permukaan untuk mengevaluasi karakteristik massa batuan. Data dikumpulkan melalui pemetaan geologi, pengujian inti bor, dan analisis parameter RMR89 yang meliputi kekuatan batuan utuh, Rock Quality Designation (RQD), jarak antar diskontinuitas, kondisi diskontinuitas, serta kondisi air tanah.
Berdasarkan hasil studi Ananda dkk. (2024), Lokasi penelitian terdiri dari batuan andesit dan endapan aluvial. Andesit mendominasi dengan karakteristik yang bervariasi dari segar hingga lapuk, sedangkan endapan aluvial ditemukan di sekitar Sungai Brang Bulu. Struktur geologi seperti retakan geser dan tegangan juga ditemukan, dengan orientasi utama timur laut-barat daya (NE-SW). Berdasarkan beberapa parameter RMR maka klasifikasi batuan di sepanjang terowongan dikategorikan menjadi tiga yaitu : Buruk (RMR : 40) yang berada dibagian awal terowongan, sedang (RMR : 60) yang ada dibagian tengan terowongan, dan baik (RMR : 68) yang ada di bagian akhir terowongan. Berdasarkan pembagian data tersebut maka metode penggalian dan sistem penunjang yang cocok untuk pembangunan terowongan ini yaitu:
- RMR Buruk : Penggalian dilakukan dengan metode top heading and bench dengan kemajuan 1,–1,5 meter per tahap dengan sistem penunjang penggunaan bolts sepanjang 4–5 meter, shotcrete 100–150 mm, dan rangka baja ringan hingga sedang
- RMR sedang : Menggunakan metode heading and bench dengan kemajuan 1,5–3 meter per tahap dengan sistem penunjang bolts 4 meter, shotcrete 50–100 mm, tanpa rangka baja.
- RMR baik : Menggunakan metode full face dengan kemajuan 1,0–1,5 meter per tahap dengan sistem penunjang bolts 3 meter, shotcrete 50 mm (jika diperlukan), tanpa rangka baja.
Berdasarkan pendekatan RMR dapat diketahui metode penggalian dan sistem penunjang yang tepat untuk perancangan irigasi sehingga dapat memaksimalkan aktivitas pertanian. Melalui studi ini diharapkan pembangunan irigasi akan berlangsung dengan baik dan membantu tercapainya SDGs nomor 6 yaitu air bersih dan sanitasi layak yang mencakup indikator air yang dapat diakses dan pasokan air.
Daftar Pustaka
Ananda, R. T., Indrawan, I. G. B., & Titisari, A. D. (2024). Empirical design for the excavation method and support system at tunnel no 2, Bintang Bano irrigation area, West Nusa Tenggara. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1314(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/1314/1/012004
Artikel selengkapnya dapat diakses di https://www.scopus.com/record/display.uri?eid=2-s2.0-85189310570&origin=resultslist
Anggita Yashahila Rahimah | 2024