Penulis: Ruben Raphael
Satuan batulanau karbonatan
Sesaat setelah saya menginjakkan kaki di bumi yang belum pernah saya kunjungi, rasanya seperti berada di Gordona. Ya, Gordona, kota kecil di Italia yang bersembunyi di bawah megahnya kaki Gunung Prata, Corbet, dan Paglia. Dengan hamparan rumput hijau meluas dan langit biru tak terbatas, saya menghentikan sepeda motor sejenak untuk menarik napas. Diam mengagumi yang di depan mata dan merenungi yang di dalam hati, karena tampaknya memetakan daerah ini bisa memusingkan.
Berbekal data remote sensing dan survei lokasi yang membuat kepala pusing, saya memulai pemetaan geologi mandiri. Waktunya menerjang Gondang, kecamatan yang mencakup area pemetaan. Fitur geologi yang terdapat di Desa Krondonan, Jari, Deling, Pragelan, Klino, dan Sekar terbilang cukup unik. Pasalnya, dahulu terbentuk berbagai jenis batuan sedimen yang kemudian tertimbun oleh batuan vulkanik. Ditambah dengan kondisi geologi daerah pemetaan yang dipengaruhi oleh Gunung Pandan di bagian selatan, struktur antiklin di bagian barat, dan intrusi serta manifestasi panas bumi di bagian timur, menjadi tantangan bagi saya untuk mengutarakan data lapangan ke dalam laporan.
Kavling view barat
Bangun pagi hari untuk mencari singkapan menjadi rutinitas yang asik sekaligus melelahkan, karena memang tahap paling awal dari pemetaan ini adalah pembuatan peta lintasan. Berdasarkan pengamatan dan pengambilan data yang dilakukan di 120 stasiun titik amat (STA), dapat ditentukan batas-batas satuan litologi, satuan geomorfologi, dan pola pengaliran sungai di area pemetaan. Kecermatan dalam pengamatan di lapangan menjadi hal yang sangat penting untuk menginterpretasikan susunan stratigrafi dan sejarah geologi yang terjadi. Tidak lupa, penting juga untuk membawa pulang oleh-oleh berupa sampel batuan dari tiap satuan litologi untuk proses analisis petrografi dan paleontologi. Barulah saya bisa pulang setelah merasa yakin terhadap kondisi geologi yang ditemukan di daerah pemetaan.
Dalam menghadapi 15 hari pemetaan yang penuh wara-wiri hingga membuat saya mempertanyakan jati diri, saya mengobati pikiran dengan kembali pada kearifan lokal Bojonegoro yang sederhana tetapi bermakna. Slogannya yang berbunyi “Bojonegoro Produktif” menyadarkan saya untuk memahami betapa pentingnya pemetaan ini dalam membangun sense geologist dalam diri. Terlepas dari itu, slogan tersebut betul nyata adanya dengan perekonomian di Kecamatan Gondang yang bersandar pada kegiatan pertanian dan perdagangan. Lantas, bagaimana kondisi geologi yang saya temukan memengaruhi masyarakat Gondang? Kontur rapat di wilayah perbukitan tampaknya tidak menjadi penghalang etos kerja masyarakat, seterjal apapun lerengnya pasti ada jagungnya. Fenomena ini juga saya temukan di area rawan kebencanaan di sekitar Gunung Pandan, khususnya pada area manifestasi panas bumi yang memiliki mud pool, solfatara, dan hot spring. Cukup berbahaya dan membuat merinding.
Berdiri di puncak intrusi
Saya rasa, diperlukan suatu bentuk edukasi kepada masyarakat terkait kondisi geologi dan potensi yang terdapat di area pemetaan. Jikalau terealisasi, setidaknya melalui kegiatan pemetaan ini saya bisa berkontribusi kepada masyarakat Gondang dengan memaparkan hasil pemetaan yang saya lakukan. Melihat adanya sistem panas bumi yang masih bersifat hipotetik, diperlukan kajian lebih lanjut di Kecamatan Gondang dan sekitarnya untuk mengetahui sumber daya yang ada. Siapa tahu, PGE atau Geo Dipa dapat menjadikan saya menjadi staff muda jalur prestasi karena menemukan potensi pengembangan area panas bumi. Walaupun ini bukan Gordona, saya bersyukur bisa belajar dan bekerja memetakan Gondang yang tingkat kemiripan yaitu 11:15 dengan kembarannya di Italia.
Air terjun satuan batugamping
Intrusi andesit
Kavling teman saya, MN Aldi
Foto bersama kelompok di pondokan Pak Jo
Mud pool
Pemandangan di bukit intrusi bersama sobat porter, F Khairunissa
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024