Menelusuri Hutan Ngawi dan Sungai Bengawan Solo: Potret Pencemaran dalam Pemetaan Geologi Mandiri

Penulis: Amira Putri Rahma

Pada bulan Juli 2024, mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada angkatan 2022 melaksanakan pemetaan geologi mandiri yang termasuk kedalam rangkaian kegiatan Kuliah Lapangan 2024. Pemetaan dilakukan pada daerah paling barat, Semarang, Jawa Tengah hingga daerah paling timur, Jombang, Jawa Timur yang termasuk ke dalam Zona Fisiografi Kendeng. Kegiatan ini bertujuan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mempraktekkan teori dasar geologi.

Area pemetaan geologi mandiri berukuran 4×5 m dengan nomor kavling berbeda-beda untuk setiap peserta KL (Kuliah Lapangan). Dari pembagian nomor kavling, kelompok 19 mendapatkan kavling yang berada pada daerah perbatasan Sragen, Jawa Tengah dan Ngawi, Jawa Timur dengan nomor kavling 123, 23, 80, 122, dan 28.

Lahan Perhutani (Sumber: dokumentasi pribadi)

Hal menarik dalam pemetaan geologi mandiri ini adalah sebagian besar daerah pemetaan merupakan lahan milik Perhutani. Pada Desa Pandean dan Karanganyar, lahan perhutani digunakan sebagai hutan lindung serta hutan pohon jati. “Di hutan ini masih dapat ditemukan satwa-satwa seperti kera, babi hutan, hingga kijang,” kata polisi hutan Perhutani Ngawi. Sebagian lahan perhutani yang lainnya digunakan warga sekitar untuk perkebunan jagung atau tebu dan juga dijadikan sawah. Hal ini menyebabkan selama pemetaan pada daerah hutan sangat sulit ditemukan jalan yang layak. Namun, hal itulah yang menjadi tantangan dalam pemetaan geologi kali ini. Selain harus jeli dalam mencari singkapan, peserta KL juga harus sigap dalam membuka dan mencari jalan.

Dokumentasi Sungai Bengawan Solo yang tercemar (sumber: dokumentasi pribadi)

Selain daerah pemetaan yang didominasi oleh hutan, pada kavling 122 dilewati Sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa. Sungai Bengawan Solo ini mengalirkan air dari Pegunungan Sewu di sebelah barat hingga selatan Surakarta ke laut Jawa di utara Surabaya dengan panjang sekitar 600 kilometer. Secara geologi, pada Sungai Bengawan Solo ditemukan kontak litologi napal-batupasir Formasi Kalibeng dengan batupasir-konglomerat Formasi Kabuh. Selain itu, pada bagian lain Sungai Bengawan Solo ditemukan fosil coral yang cukup banyak dan besar. Selain menarik secara geologi, Sungai Bengawan Solo juga dimanfaatkan oleh warga sekitar. Namun, hal yang menyedihkan dari Sungai Bengawan Solo ini adalah air yang sangat tercemar. Pada saat pemetaan dilakukan, air pada Sungai Bengawan Solo ini berwarna hitam kecoklatan dengan bau yang menyengat. Selain itu, ditemukan banyak ikan-ikan yang mati. Meskipun air tercemar, Sungai Bengawan Solo masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai irigasi sawah. Saat pemetaan, terkadang terlihat masyarakat yang mencari ikan di Sungai Bengawan Solo meskipun tercemar.

Pemetaan geologi mandiri 2024 yang dilaksanakan kurang lebih satu bulan ini sangat berkesan bagi setiap peserta terutama bagi penulis. Dari pemetaan ini selain dapat menerapkan teori geologi secara langsung di lapangan, penulis juga dapat belajar berbaur dengan warga sekitar, beradaptasi dengan lingkungan baru, serta melihat keindahan alamnya. Meskipun terdapat pencemaran di Sungai Bengawan Solo yang mengurangi keindahan alam, tetapi Ngawi sebagai daerah pemetaan tetap mengesankan dan menyimpan banyak cerita.

Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024