Penulis: Rizky Augie Feriansyah
Pemetaan geologi merupakan salah satu kegiatan akademik yang sangat penting bagi mahasiswa Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Melalui pemetaan geologi, mahasiswa dapat mempraktekkan konsep-konsep geologi yang telah mereka pelajari dalam situasi nyata di lapangan. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Bubulan dan sekitarnya, Kabupaten Bojonegoro, bertujuan untuk menghasilkan peta geologi yang menggambarkan proses geologi, persebaran litologi, struktur geologi, dan potensi geologi daerah tersebut.
Daerah pemetaan meliputi enam desa yang tersebar di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Bubulan dan Kecamatan Gondang. Luas area pemetaan mencapai 20 km². Metode pemetaan yang digunakan meliputi tahap pra-pemetaan, pemetaan lapangan, dan pasca pemetaan. Pada tahap pra-pemetaan, mahasiswa mempersiapkan peta kerja dan melakukan survei lapangan awal. Tahap pemetaan lapangan melibatkan observasi langsung, pengambilan sampel, dan pencatatan data geologi. Sedangkan tahap pasca pemetaan mencakup analisis laboratorium dan penyusunan laporan akhir.
Menurut van Bemmelen (1949), daerah pemetaan termasuk dalam Zona Kendeng, yang terdiri dari rangkaian pegunungan dengan ketinggian antara 50 hingga 200 meter. Daerah ini terbagi menjadi beberapa satuan geomorfologi, antara lain perbukitan breksi, perbukitan antiklinorium, dan dataran antiklinorium. Pola penyaluran sungai di daerah ini menunjukkan adanya pola paralel, sub-paralel, dan trellis.
Stratigrafi daerah pemetaan terdiri atas tiga satuan utama, yaitu satuan batulanau karbonatan, satuan batugamping sisipan batulanau karbonatan, dan satuan breksi andesit. Satuan batulanau karbonatan merupakan satuan tertua dengan ketebalan sekitar 466 meter, sementara satuan breksi andesit merupakan satuan termuda dengan ketebalan sekitar 175 meter.
Struktur geologi yang ditemukan di daerah pemetaan meliputi lipatan, kekar, dan sesar. Lipatan di daerah ini sebagian besar merupakan lipatan asimetri dan overturned dengan arah barat laut-tenggara. Sesar yang ditemukan adalah sesar dekstral, yang merupakan indikasi adanya pergeseran horizontal.
Selama kegiatan pemetaan geologi, mahasiswa juga berinteraksi dengan warga sekitar. Warga setempat memiliki pengetahuan lokal yang sangat berguna bagi penelitian. Salah satu contoh menarik adalah bagaimana warga setempat menyebut litologi napal sebagai “batu padas”. Istilah “batu padas” digunakan oleh warga untuk merujuk pada batuan yang keras dan padat, yang sebenarnya adalah napal menurut terminologi geologi.
Penamaan lokal ini mencerminkan pemahaman warga terhadap karakteristik fisik batuan tersebut, meskipun istilah yang digunakan berbeda dari istilah ilmiah. Interaksi dengan warga sekitar memberikan wawasan tambahan tentang bagaimana masyarakat setempat memanfaatkan dan mengelola sumber daya geologi di daerah mereka.
Kegiatan pemetaan geologi membantu meningkatkan pemahaman tentang kondisi geologi di daerah ini. Informasi mengenai jenis batuan, struktur geologi, dan sejarah geologi dapat digunakan oleh masyarakat untuk lebih memahami lingkungan mereka. Masyarakat, terutama generasi muda, mendapatkan pengetahuan tambahan tentang geologi daerah mereka. Ini bisa menjadi dasar pembelajaran yang menarik di sekolah-sekolah lokal. Pengetahuan ini juga dapat meningkatkan rasa kebanggaan terhadap daerah asal mereka dengan memahami kekayaan geologis yang dimiliki.
Melalui pemetaan geologi, potensi sumber daya alam seperti mineral dan bahan bangunan dapat diidentifikasi dengan lebih akurat. Informasi ini sangat berharga bagi pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Masyarakat dapat memanfaatkan informasi ini untuk mengembangkan industri lokal seperti pertambangan skala kecil atau pengolahan bahan bangunan. Hal ini dapat membuka peluang pekerjaan dan meningkatkan perekonomian lokal. Dengan mengetahui lokasi dan jenis sumber daya alam, masyarakat dapat mengelolanya dengan lebih bijaksana untuk menghindari eksploitasi berlebihan dan kerusakan lingkungan.
Data geologi yang diperoleh dari pemetaan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan tata ruang yang lebih baik. Hal ini termasuk penentuan lokasi yang sesuai untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan publik. Dengan memahami kondisi geologi, pembangunan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor lingkungan sehingga lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pemilihan lokasi pembangunan yang tepat berdasarkan data geologi dapat mengurangi biaya dan risiko yang terkait dengan kondisi tanah yang tidak stabil.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024