
Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana gempa bumi karena posisinya berada di wilayah Cincin Api Pasifik. Hal ini menyebabkan desain infrastruktur seperti jembatan harus mempertimbangkan standar ketahanan gempa untuk meminimalisir dampak kerusakan. Salah satu fenomena yang sering terjadi akibat gempa bumi adalah likuefaksi, yaitu kondisi di mana tanah kehilangan kekuatan geser dan sifat tanah berubah menjadi lebih cair ketika dikenai tekanan berulang atau getaran gempa. Fenomena ini dapat menyebabkan kerusakan besar pada struktur infrastruktur, terutama infrastruktur yang berdiri di atas tanah aluvial dengan permukaan air tanah yang dangkal. Penelitian mengenai Likuefaksi dan pengaruhnya terhadap infrastruktur dilakukan di Jembatan Sei Wampu. Area Jembatan Sei Wampu ini juga berada di zona rawan gempa akibat aktivitas Sesar Semangko, yang membentang sepanjang Pulau Sumatra. Oleh karena itu, evaluasi potensi likuefaksi di lokasi ini sangat penting untuk memastikan keamanan dan keberlanjutan jembatan.
Nonlinier satu dimensi perangkat DEEPSOIL
Penelitian mengenai likuefaksi di Jembatan Sei Wampu dilakukan oleh Aini dkk. (2024) dengan tujuan untuk menghitung puncak percepatan tanah (Peak Ground Acceleration/PGA) pada setiap lapisan tanah dan mengevaluasi potensi likuefaksi menggunakan parameter-parameter geoteknis seperti nilai N-SPT, kandungan butiran halus, dan kedalaman air tanah. Penelitian ini menggunakan analisis nonlinier satu dimensi melalui perangkat lunak DEEPSOIL V7. Metode ini memungkinkan propagasi gelombang gempa dari batuan dasar ke permukaan tanah dengan mempertimbangkan karakteristik tanah setempat. Penelitian ini menggunakan data gerakan tanah yang diambil dari PEER Ground Motion Database dengan memperhatikan periode ulang gempa 1000 tahun (probabilitas 7% dalam 75 tahun). PGA dilakukan untuk setiap kedalaman tanah pada lokasi pengeboran, yang kemudian digunakan dalam analisis potensi likuefaksi.
Sei Wampu Rentan terhadap likuefaksi
Berdasarkan hasil analisis Aini dkk. (2024) didapatkan bahwa daerah penelitian memiliki nilai PGA antara 0,2 g – 0,4 g yang termasuk dalam kategori risiko kerusakan tinggi. Nilai PGA di setiap kedalaman memiliki nilai yang berbeda sehingga adanya pengaruh perbedaan karakteristik tanah terhadap amplifikasi getaran. Kemudian evaluasi potensi likuefaksi dilakukan menggunakan skenario gempa 6,3 Mw sedalam 33 km. Berdasarkan perolehan datanya, likuefaksi terjadi pada kedalaman 0-15 meter. Berdasarkan perhitungan LPI, lokasi penelitian diklasifikasikan sebagai rentan tinggi hingga sangat tinggi terhadap likuefaksi. Nilai LPI tertinggi mencapai 36,21, terutama pada lokasi dengan dominasi pasir halus dan kandungan butiran halus kurang dari 35%. Berdasarkan parameter tersebut disimpulkan bahwa area penelitian termasuk area yang rentan terhadap likuefaksi terutama pada kedalaman 0-20 meter.
Peran penelitian terhadap SDGs
Hasil dari penelitian ini tidak hanya memberikan informasi penting mengenai tingkat kerentanan tanah terhadap likuefaksi, tetapi juga menjadi dasar dalam pengambilan keputusan terkait desain struktur tahan gempa. Studi ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk perencanaan infrastruktur lainnya di wilayah rawan gempa, terutama dalam merancang strategi mitigasi risiko bencana geoteknis. Oleh karena itu, diperlukan strategi mitigasi, termasuk perbaikan tanah atau desain struktur tahan gempa, untuk memastikan keberlanjutan infrastruktur jembatan. Hal tersebut sejalan dengan tujuan dari SDGs nomor 11 yaitu kota dan pemikiman yang berkelanjutan dengan indikator kota, perencanaan pembangunan, manajemen bencana, pengurangan risiko bencana, dan perencanaan kota.
Daftar Pustaka
Aini, I., Wilopo, W., & Fathani, T. F. (2024). DEVELOPMENT OF PEAK GROUND ACCELERATION USING A NON-LINEAR APPROACH TO EVALUATE LIQUEFACTION POTENTIAL IN SEI WAMPU BRIDGE, LANGKAT, NORTH SUMATRA, INDONESIA. ASEAN Engineering Journal, 14(3), 41–52. https://doi.org/10.11113/aej.V14.20606
Artikel lengkap dapat diakses di https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85203508777&origin=resultslist
Anggita Yashahila | Desember 2024