Penulis: Iqbal Arridho Firdaus

Siapa sangka ratusan hektar ladang jagung ini dulunya adalah habitat bagi beberapa biota laut. Benar, kalian tidak salah dengar. Sekitar 20 juta tahun lalu atau saat kala Miosen Awal, wilayah ini merupakan lautan dan dihuni oleh beragam biota laut. Kenampakan seperti terumbu karang dapat ditemukan dengan mudah disini. Wilayah ini terletak di Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Mendengar kata Rembang tentunya identik dengan RA. Kartini, sang pahlawan emansipasi Wanita Indonesia, lokasi dimana beliau dimakamkan.
Eksplorasi ini merupakan bagian dari kegiatan kuliah lapangan geologi yang dilakukan oleh mahasiswa semester 4, Program tudi Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan ini merupakan salah satu agenda tahunan wajib dan tahun ini dilaksanakan di Zona Rembang kurang lebih selama 3 minggu. Tujuan dari kegiatan kuliah lapangan ini salah satunya adalah untuk mengaplikasikan ilmu geologi, seperti Sedimentologi Stratigrafi, Petrologi, Geologi Struktur, dan lain-lain yang telah dipelajari sebelumnya. Setiap mahasiswa mendapatkan lokasi pemetaan (kavling) sendiri melalui undian yang telah dilakukan. Ternyata saya mendapatkan kavling nomor 02 yang terletak di Desa Pasedan dan sekitarnya, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang.

Hari – hari awal pemetaan saya awali dengan survei dan orientasi medan, tujuannya adalah untuk mengetahui secara garis besar area pemetaan dan juga menentukan rencana lintasan selama beberapa hari ke depan. Hari – hari demi hari dilalui, saya banyak menemukan batugamping yang bervariasi. Salah satu yang menarik perhatian adalah batugamping yang berbentuk seperti batu karang dan terumbu karang yang ada di laut. Tak jarang pula ditemukan fosil-fosil menyerupai kerang dan berbentuk pipih. Batugamping seperti itu banyak ditemukan di lereng bukit yang sekaligus menjadi ladang milik warga setempat. Tentunya dapat kita bayangkan jika dahulu puluhan hektar lahan warga ini adalah lautan, dan karena gaya tektonik menyebabkan pada akhirnya tersingkap ke daratan.

Bukan hal yang asing dalam pemetaan jika tidak menyusuri hutan belantara. Bagi saya menyusuri hutan hanya untuk menemukan sebuah singkapan adalah hal yang menantang sekaligus menyebalkan. Akan sangat senang rasanya jika berhasil menemukan singkapan setelah perjalanan Panjang menelusuri hutan. Namun lain halnya jika sudah berjalan jauh menelurusi hutan namun tidak menemukan apapun atau bahkan bertemu dengan yang tak seharusnya seperti ular, ataupun kalajengking. Tetapi, itulah letak asyiknya dari pemetaan geologi.
Pemetaan geologi bukan sekadar menghasilkan output peta ataupun poster. Selama tiga minggu disini, saya mengenal beberapa orang yang sudah saya anggap seperti keluarga. Merekalah orang-orang yang berjasa dalam membantu pemetaan geologi saya dan teman-teman saya. Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Sudiyanto, Bu Nurul, Bu Icun, dan semua pihak yang telah terlibat.

Humas Departemen | Oktober 2025