Penulis: Dimas Fakhridza
Pengalaman yang akan saya ceritakan ini berasal dari salah satu mata kuliah yang wajib selama kuliah di Teknik Geologi. Perjalanannya dimulai dari undian kaveling, sesi pembelajaran di kelas, praktik lapangan, ujian di Bayat, hingga pemetaan mandiri pada kavling masing-masing sampai menemukan litologi, kenampakan morfologi, dan menceritakan sejarah geologi hingga beberapa tempat unik yang dapat ditemukan di kaveling nomor 22.
Awalnya, pembagian kavling dilakukan lewat undian, yang sekaligus menentukan siapa saja rekan satu kelompok. Saya (Dimas) bersama rekan saya yang lain (Kevin, Bagin, Rara, dan Mba Mila) tergabung dalam Kelompok 25. Sebelum terjun ke lapangan, kami mengumpulkan data sekunder sebagai bekal untuk mata kuliah Metode Geologi Lapangan. Berbagai kegiatan seperti Ngelapang Bareng HMTG FT-UGM hingga Kuliah Lapangan Geologi di Bayat menjadi ajang latihan keterampilan pemetaan seperti mengamati litologi, membaca morfologi, mengukur struktur, mempelajari stratigrafi melalui measured section, dan membuat peta lintasan, geomorfologi, hingga peta geologi yang nantinya disajikan dalam bentuk poster.

Bagian yang paling dinanti adalah pemetaan mandiri. Usai kegiatan lapangan di Bayat, Kelompok 25 yang dibimbing oleh Dr. Sarju Winardi, S.T., M.T., memulai pemetaan pada Juli. Kami tinggal di Balai Desa Kumpulrejo berkat rekomendasi dari Kepala Desa, Bapak Supriyanto.

Lokasi penelitian berada di Desa Kumpulrejo dan sekitarnya, Kecamatan Bangilan, Jawa Timur, yang didominasi perbukitan bergelombang terdenudasi. Di kaveling 22, litologi yang ditemukan berupa batulempung, batulanau karbonatan (napal), batupasir, batugamping dengan selingan batupasir karbonatan, mencerminkan perubahan energi pengendapan di masa lalu.

Meski fokus utama adalah pemetaan, kami juga menyempatkan diri untuk beristirahat dan bersenang-senang seperti menunggu matahari terbenam bersama di pantai, menonton film horor di malam hari, bermain ke pondokan terdekat, hingga bermotor-an ke Alun-Alun Blora.

Pada akhir Juli, kami melakukan checking bersama Pak Sarju, dimulai dari kaveling saya kemudian kaveling Kevin – Bagin – Rara – Mba Mila. Kegiatan ini ditujukan untuk melihat hasil dari pemetaan kami selama kurang lebih tiga minggu di daerah sini, apakah masih terdapat data yang kurang ataupun perlu direvisi. Setelah checking kelompok kami pun bersiap untuk kembali lagi ke Yogyakarta untuk mengolah data
Semua pengalaman ini memberikan saya pelajaran hidup yang tidak kalah penting. Tinggal di pedesaan selama hampir satu bulan membuat saya lebih menghargai kehidupan sederhana dan kerja keras masyarakat lokal. Interaksi dengan penduduk setempat memberikan wawasan baru tentang cara mereka hidup berdampingan dengan alam, sesuatu yang jarang saya temui di kehidupan perkotaan. Saya juga belajar untuk beradaptasi dengan kondisi yang serba terbatas, dari fasilitas hingga logistik, yang mengajarkan saya pentingnya kreativitas dan kerja sama.
Kuliah lapangan di Desa Kumpulrejo dan Kedungmulyo tidak hanya membekali saya dengan pemahaman geologi yang lebih mendalam, tetapi juga menguatkan karakter saya sebagai calon geologist. Saya belajar untuk tetap semangat meski menghadapi medan yang sulit, bekerja dengan teliti dalam setiap langkah, dan selalu menghargai setiap proses, sekecil apapun hasilnya. Pengalaman ini membuktikan bahwa bumi menyimpan banyak cerita yang hanya bisa dipahami melalui kerja keras dan eksplorasi langsung di lapangan. Saya merasa bangga dan bersyukur telah menjalani pengalaman ini, yang pasti akan selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan saya memahami ilmu geologi.

Humas Departemen | Oktober 2025