Sumber daya air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berperan penting dalam menunjang kehidupan dan aktivitas sehari-hari, terutama untuk kebutuhan domestik, irigasi, dan industri. Ketersediaan air yang semakin terbatas akibat pertumbuhan populasi dan perubahan iklim memerlukan pengelolaan yang berkelanjutan, terutama di wilayah-wilayah dengan potensi kekeringan musiman seperti Pulau Lombok. Bendungan Pandanduri, yang terletak di Desa Suwangi, Kecamatan Sakra, Lombok Timur, merupakan infrastruktur penting untuk memenuhi kebutuhan irigasi di daerah tersebut. Selain sebagai sumber irigasi, wilayah ini juga merupakan bagian dari cekungan air tanah (CAT) Mataram–Selong, yang menjadi sumber air utama bagi masyarakat di sekitarnya. Sistem hidrogeologi di sekitar Bendungan Pandanduri sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi dan geomorfologi wilayah tersebut. Kombinasi batuan vulkanik dan aluvial di kawasan ini memungkinkan pembentukan akuifer yang dapat menyimpan dan mendistribusikan air tanah. Namun, pemahaman mendalam mengenai pola aliran air tanah, kondisi akuifer, dan sifat geologi bawah permukaan di daerah ini masih terbatas. Oleh karena itu, Mararis dkk. (2024) melakukan penelitian yang bertujuan untuk memahami pola aliran air tanah dan distribusi akuifer di area tersebut.
Hidrogeologi Bendungan
Wilayah studi tersusun atas tiga satuan batuan yaitu breksi tufa andesit-pumis, breksi tufa andesit, endapan aluvial. Kondisi geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi tiga satuan morfologi yaitu bukit denudasional Pandanduri, dataran aluvial Pandanduri, teras sungai Pandanduri. Untuk kondisi bawah permukaan dilakukan pengukuran resistivitas yang menunjukkan keberadaan akuifer pada kedalaman sekitar 8 meter di bawah permukaan. Satuan breksi tufa andesit bertindak sebagai akuifer utama dengan nilai resistivitas 5–50 ohm-meter. Endapan aluvial bertindak sebagai akuifer kedua, sementara breksi tufa andesit-pumis berperan sebagai akuifer-akuitar. Ditinjau dari aliran air tanahnya, aliran air tanah di area penelitian mengikuti topografi, bergerak dari wilayah perbukitan di barat laut (Desa Santong) menuju lembah sungai di tenggara (Desa Pandanduri). Sistem akuifer di area ini bersifat tidak tertekan, dengan massa dasar pasir tufa yang memungkinkan penyimpanan dan distribusi air tanah.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Sistem hidrogeologi di wilayah Bendungan Pandanduri terdiri dari tiga jenis akuifer yaitu, akuifer utama berupa breksi tufa andesit dengan resistivitas 5–50 ohm-meter, akuifer kedua berupa endapan aluvial yang dapat menyimpan dan mendistribusikan air tanah, dan terakhir akuifer-akuitar berupa breksi tufa andesit-pumis yang memiliki kapasitas terbatas untuk menyimpan air tanah. Akuifer di wilayah ini bersifat tidak tertekan dengan sistem pori yang memungkinkan penyimpanan air tanah, terutama pada massa dasar pasir tufa.
Hidrogeologi membantu terwujudnya SDG
Penelitian ini memberikan dasar yang kuat untuk pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan di wilayah Bendungan Pandanduri. Hasil ini juga dapat digunakan untuk mitigasi potensi kekeringan dan pengembangan lebih lanjut dalam perencanaan sumber daya air. Sebagaimana tercantum dalam SDG nomor 7 yaitu energi bersih dan terjangkau dan SDG nomor 6 yaitu air bersih dan sanitasi layak. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar untuk perencanaan pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan dan mitigasi potensi kekurangan air di masa mendatang.
Daftar Pustaka
Mararis, D., Hendrayana, H., & Pranantya, P. A. (2024). Preliminary Conceptual Model of Hydrogeological System in the Pandanduri Dam and its Surrounding Area on the Lombok Island. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1378(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/1378/1/012020
Artikel selengkapnya dapat diakses di https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85201202727&origin=resultslist
Anggita Yashahila Rahimah | Desember 2024