Penulis: Najwa Millati Azka
Pemetaan Geologi merupakan salah satu mata kuliah wajib di Program Studi Teknik Geologi UGM, yang dilaksanakan pada semester lima. Sebelum terjun ke lapangan secara mandiri, mahasiswa dibekali teori dan praktik lapangan melalui mata kuliah Metode Geologi Lapangan di semester empat, serta Kuliah Lapangan di Kampus Lapangan Geologi UGM yang ada di Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah atau sering disebut KL Bayat. Pada KL Bayat, mahasiswa berlatih melakukan pemetaan dengan sistem buddy dengan salah satu teman kelompok yang telah dibagi secara undian di awal semester empat. Selama KL Bayat kami-mahasiswa melakukan pemetaan di lintasan yang telah ditentukan, serta pemetaan kavling mandiri. Setelah di siang hari melakukan pekerjaan lapangan, pada malam hari selama KL bayat aka nada ujian petrologi dan struktur, serta pembuatan laporan harian hasil dari pekerjaan lapangan pada hari itu. KL Bayat diakhiri dengan pembuatan dan presentasi poster manual hasil pemetaan pada kavling kelompok.

Bagi Angkatan 2023, lokasi Pemetaan Geologi Mandiri tahun ini berada di zona fisiografis Rembang, dengan kavling berukuran 4 × 5 km yang tersebar memanjang dari Grobogan hingga Tuban. Pengambilan data dilakukan setelah KL Bayat yang dilaksanakan pada libur antara semester empat dan lima.
Saya bersama kelompok saya yang beranggotakan empat orang yaitu, saya (Najwa), Andrew, Ikrom, dan Maura, serta teman-teman angkatan 2024 yang membantu menjadi porter yaitu, Fairly, Hanif, Rosita, dan Figo, berangkat ke daerah pemetaan mandiri pada 2 Juli 2025. Kami berempat mendapat kavling di Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dan tinggal di rumah warga di Desa Dokoro – yang kami juluki “Pondokan Rumah Pink”.
Dikarenakan pondokan berada di luar kavling saya, setiap hari saya harus menempuh perjalanan sekitar 2 km untuk mencapai kavling. Bersama porter saya Fairly, setiap hari kami berkeliling menyusuri tiap jalan di kavling saya untuk melakukan pengamatan. Banyak kejadian seru sekaligus menegangkan yang dialami selama pemetaan di lapangan, mulai dari bertemu ular, tersesat di kebun tebu pada sore hari, tercebur sungai, hingga menemukan air terjun dan gua-gua kecil. Medan yang sulit dan akses jalan yang kurang baik juga menjadi tantangan sendiri selama melakukan pemetaan.

Dari hasil pemetaan saya, dapat diketahui bahwa kavling saya tersusun dari berbagai macam batuan sedimen, seperti batugamping, batulanau karbonatan, batupasir, dan batuserpih (shale). Selain itu, terdapat struktur geologi berupa beberapa sesar minor, seperti sesar geser sinistral dan sesar turun, serta sebuah antiklin yang saya identifikasi dari perbedaan dip lapisan batuan di bagian utara dan Selatan kavling.

Selain itu, interaksi dengan masyarakat desa menjadi pengalaman yang tak kalah berharga. Warga desa sangat ramah dan sering membantu kami, meskipun banyak pertanyaan seperti mengapa kami jauh-jauh dari Yogyakarta hanya untuk “mengamati batu”. Kami pun belajar menjelaskan tujuan kegiatan kami ini dengan bahasa yang mudah dipahami, serta membangun hubungan yang baik dengan warga sekitar.
Humas Departemen | Oktober 2025