Pemetaan Mandiri Geologi Daerah Todanan, Blora, Jawa Tengah

Penulis: Zarfan Putradi

 

Pemetaan Mandiri Geologi 2025 merupakan rangkaian akademis yang harus saya dan teman-teman lalui pada tahun ini guna menyelesaikan mata kuliah PG ( Pemetaan Geologi). Pemetaan ini memiliki tujuan yaitu pengambilan data lapangan secara langsung (sample batuan, foto dukumentasi, pengukuran struktur, pencatatan bentuk lahan/morofologi, dsb). Kavling saya berada di tampalan 3 wilayah yaitu pada Blora, Pati, dan Grobogan sehingga tepat pada 3 perbatasan daerah tersebut. Wilayah kavling yang dipetakan berada di angka 20 km2. . Pemetaan kali ini memiliki durasi sekitar 22 hari tehitung dari 30 Juni hingga 22 Juli 2025. Selama 22 hari tersebut saya dan anggota kelompok saya menginap di rumah seorang warga di desa Wukirsari. Jarak dari penginapan ke kavling saya sekitar 18 km jika ditempuh melalui jalan yang normal atau jalan aspal, jarak tersebutlah yang harus saya tempuh setiap paginya ketika saya hendak memulai aktivitas pengambilan data lapangan atau pemetaan. Aktivitas pengambilan data tersebut biasanya berlangsung selama 9 jam perharinya dengan mayoritasnya ditempuh dengan berjalan kaki. Setelah aktivitas mapping tersebut selesai kami biasanya menyempatkan waktu untuk mengobrol baik dengan warga desa maupun berkunjung ke rumah atau penginapan kelompok lain. Hari ditutup dengan pencatatan data lapangan yang didapat dan berdiskusi dengan anggota kelompok saya mengenai hal apa saja yang didapat, beserta mengatur strategi untuk keesokan harinya, strategi tersebut dapat berupa mengatur wilayah yang bertampalan atau sekedar mengkorelasi jalan utama yang sekiranya dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua, tak jarang kami sekelompok sering masak bersama guna mengisi waktu luang jika dirasa terdapat waktu lebih.

Pada umumnya terdapat beberapa fitur geologi lokal yang berada pada kavling saya, kavling 20 daerah Blora, Pati, dan Grobogan. Mayoritas fitur yang dapat ditemukan pada area tersebut merupakan fitur Karst yang minor berupa Lapies, Karst Split, dan Palung Karst, tidak ditemukan adanya goa seperti yang ditemukan teman-teman saya di daerah sekitar. Untuk unit litologinya sendiri saya membaginya menjadi beberapa unit meliputi Batu Gamping Kristalin Masif Formasi Ngerayong, Batugamping Berlapis Formasi Bulu, Batupasir Kuarsa ( baik berwarna kuning kecoklatan maupun berwarna coklat kemerahan) Formasi Ngerayong, dan Batulempung Formasi Wonocolo. Bentuk lahan dari area kavling saya cukup bervariatif dengan dominasi yaitu perbukitan bergelombang dengan kemungkinan penyebab akibat adanya pelarutan dan erosi dari gamping itu sendiri. Stuktur untuk daerah pemetaan ini didominasi oleh 2 struktur besar yaitu lipatan ( sinklin dan antiklin) keberadaan lipatan relatif kurang terlihat jelas evidence-nya, hanya pada Antiklin Candi saja yang terlihat cukup jelas, untuk Sinklin Todanan kurang terlihat, penarikan hanya bedasar pengukuran dan penarikan orientasi dari strike-di.

Dengan pemetaan yang kami lakukan harapanya dapat menjadi awal (earlydata) untuk analisis guna kepentingan yang lain seperti adanya potensi sumber air tanah dari fitur karst yang jika dilihat merupakan ftur yang amat sangat besar dan bersifat regional. Adanya potensi titik bor air tersebut pada dasarnya sudah kami coba teruskan karena memang dari perangkat desa setempat mengeluhkan adanya kekeringan pada saat musim kemarau dan menanyakan peran pemerintah disana. Selain bantuan tersebut, data awal pesebaran ini dapat dipakai untuk analisis lebih lanjut mengenai potensi geowisata pada daerah tersebut. Selain itu adanya data pesebaran batugamping diharapkan mampu untuk ikut membantu dalam pengunaan batugamping sebagai bahan Semen (CaO).

 

Humas Departemen | Oktober 2025