Penulis: Pascalis Devin Rasendriya
Kuliah lapangan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi para mahasiswa Teknik Geologi. Dengan semangat dan rasa penasaran, mahasiswa yang pemetaan berangkat menuju kavling masing-masing yang telah ditentukan, termasuk kavling 59 yang menjadi tanggung jawab saya. Perjalanan dimulai dari basecamp di Desa Jenar, tempat saya dan anggota kelompok 8 lainnya menyusun strategi dan mempersiapkan perlengkapan untuk eksplorasi. Setiap pagi diawali dengan diskusi kelompok, memeriksa peta topografi, dan memastikan alat-alat seperti kompas geologi, palu geologi, dan GPS siap digunakan. Rasa lelah karena perjalanan panjang dari Yogyakarta sirna saat kami disambut oleh lanskap yang memukau, mulai dari punggungan antiklin hingga aliran sungai kecil yang membelah desa.
Saat menjelajahi area kavling, saya merasa seperti detektif geologi yang berusaha memahami cerita yang tersimpan dalam batuan. Setiap singkapan memberikan informasi berharga, mulai dari struktur perlapisan batupasir karbonatan hingga sisipan batulanau yang tersusun rapi. Serta belajar mengenali pola aliran sungai rectangular dan trellis yang menunjukkan pengaruh struktur geologi aktif pada kawasan ini berupa antiklin, sinklin, dan sesar. Selain itu, momen menggali fosil kecil dari lapisan batupasir karbonatan menjadi salah satu pengalaman yang paling menyenangkan. Mengetahui bahwa fosil tersebut berasal dari jutaan tahun lalu, ketika daerah ini masih berupa lautan dalam, membuat kami merasa seolah menjelajahi mesin waktu geologi. Sore hari, saya sering berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan matahari terbenam yang melukis langit di atas punggungan Jenar, momen yang memberi kedamaian di tengah kesibukan.
Selain berfokus pada pemetaan, saya juga berinteraksi dengan warga sekitar yang dengan ramah menyambut kehadiran saya. Dalam percakapan santai, saya belajar banyak tentang kehidupan mereka, termasuk bagaimana tebu menjadi komoditas utama di daerah ini. Warga dengan antusias berbagi kisah tentang proses penanaman hingga panen tebu, serta harga jualnya yang bervariasi tergantung kualitas dan musim. Informasi ini memperkaya wawasan saya tentang dinamika ekonomi lokal yang berkaitan erat dengan kondisi geologi kawasan. Selain itu, hasil pemetaan saya juga berkontribusi memberikan gambaran mengenai potensi geologi setempat, seperti sumber daya bahan tambang tipe C dan area rawan longsor yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan lahan dan mitigasi bencana. Pengalaman ini tidak hanya mengajarkan pentingnya kerja keras di lapangan, tetapi juga membuka mata saya terhadap hubungan erat antara geologi, masyarakat, dan ekonomi lokal, menjadikannya perjalanan yang sangat berkesan.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024
Poin SDG: SDG 4, SDG 8, SDG 11