Penulis: Muhammad Adi Firmansyah
Belakangan ini pada liburan semester genap, mahasiswa Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada angkatan 2022 disibukkan dengan kegiatan lapangan berupa pemetaan geologi yang merupakan salah satu syarat kelulusan dari setiap mahasiswa Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Pemetaan geologi yang berlangsung pada liburan semester genap tahun ini berada pada Zona Kendeng yang tersebar dari Kabupaten Semarang hingga Kabupaten Jombang. Setiap mahasiswa akan mendapatkan daerah pemetaan yang berukuran 4×5 Daerah pemetaan penulis sendiri berada pada Kabupaten Grobogan dan Boyolali, tepatnya pada Desa Sambeng dan Kalimati.
Pada daerah pemetaan penulis, yang merupakan kavling dengan nomor 66 terbagi menjadi beberapa geomorfologi berupa perbukitan yang terkontrol oleh struktur berupa sesar dan lipatan jika dilihat pada peta DEMNAS. Setelah itu penulis melakukan pemetaan pada daerah penelitian kurang lebih selama tiga minggu dan mendapatkan beberapa litologi penyusun batuan pada kavling 66 yang berupa batupasir karbonat dan napal. Selama pemetaan berlangsung penulis harus melewati beberapa pegunungan dengan elevasi rendah dan beberapa hutan jati sehingga dapat memetakan daerah pemetaan. Selain itu pada daerah pemetaan banyak terdapat sungai-sungai yang kering akibat musim kemarau dan pada sungai-sungai tersebut pula banyak ditemukan beberapa singkapan kunci untuk menentukan litologi, struktur, dan lainnya yang tersebar pada daerah pemetaan, sehingga penulis dapat membuat poster pemetaan geologi dari data-data yang didapatkan pada daerah pemetaan.
Pada daerah pemetaan ditemukan litologi batu napal yang merupakan batuan sedimen dengan ukuran lempung hingga lanau yang kaya akan kandungan karbonat (CaCO3) (Husein, dkk., 2008). Batuan sedimen dengan ukuran lempung hingga lanau sendiri dapat dimanfaatkan menjadi beberapa hal. Salah satu pemanfaatan dari batu napal tersebut dapat dijadikan bahan baku semen. Dalam pemanfaatan napal menjadi semen harus melalui beberapa tahapan terlebih dahulu sehingga dapat sepenuhnya dijadikan semen.
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan melakukan penambangan napal tersebut, tetapi sayangnya pada kavling 66 tidak terdapat penambangan napal yang dikelola oleh suatu perusahaan melainkan baru dimanfaatkan oleh warga sekitar. Setelah napal terkumpul, dilakukan penghancuran dan penggilingan serta dicampurkan dengan bahan pendukung dari pembuatan semen. Setelah tercampur bahan tersebut dipanaskan dengan suhu sekitar 1450°C untuk menghasilkan clinker. Kemudian dilakukan penggilingan pada clinker dan dihasilkan semen yang siap dipakai.
Pemanfaatan napal menjadi semen sendiri memiliki beberapa dampak positif dan negatif. Dampak positif dari pemanfaatan napal ini dapat dijadikan lapangan kerja baru pada warga sekitar untuk membuat semen dan diperjualbelikan secara lokal maupun global. Selain itu jika dilihat dari dampak negatifnya penambangan napal dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan pada daerah sekitar. Oleh karena itu dalam melakukan penambangan juga diperlukan upaya untuk memperbaiki lingkungan dengan penanaman kembali dan memperbaiki daerah-daerah yang terkena tambang sehingga tidak mengakibatkan suatu bencana nantinya.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024