Penulis: Ariel Audric Santoso
Kavling 7 Desa Jamprong, yang terletak di wilayah perbatasan Kabupaten Bojonegoro, Blora, dan Tuban, merupakan lokasi dengan nilai geologi dan potensi sumber daya yang tinggi. Secara morfologi, daerah ini didominasi bentuk antiklin yang terdefinisi jelas, sehingga menjadi lokasi ideal untuk mempelajari struktur lipatan dan hubungan antarformasi batuan. Aktivitas pemetaan di kawasan ini bertujuan untuk mendokumentasikan litologi, struktur, dan persebaran formasi, serta mengidentifikasi potensi pemanfaatannya bagi pembangunan daerah secara berkelanjutan.
Pemetaan geologi dilakukan dengan mengukur orientasi bidang perlapisan, mengidentifikasi litologi, dan memetakan batas antarformasi. Data dikumpulkan melalui pengamatan singkapan di lapangan, dokumentasi visual, pencatatan koordinat GPS, dan sketsa lapangan yang kemudian dikorelasikan dengan peta topografi. Fokus utama diarahkan pada penelusuran puncak antiklin (hinge) dan sayap lipatan untuk memahami pola deformasi serta hubungan stratigrafi.
Perubahan elevasi di area ini yang dipengaruhi lipatan antiklin memudahkan penelusuran singkapan batuan dari dataran rendah hingga punggungan. Proses ini mengungkap adanya peralihan yang jelas dari Formasi Ngrayong ke Formasi Wonocolo di lapangan, memberikan gambaran utuh tentang urutan stratigrafi dan sejarah geologi daerah. Data ini penting sebagai dasar interpretasi tektonik dan potensi sumber daya yang terkait.
Stratigrafi dan Fitur Geologi LokalArea pemetaan tersusun atas empat formasi utama. Formasi Bulu didominasi grainstone dengan sisipan napal, mencerminkan pengendapan karbonat berenergi tinggi yang sesekali menerima material halus. Formasi Ngrayong terdiri dari perselingan batupasir lepas (loose) dan shale, menunjukkan fluktuasi energi dalam lingkungan delta atau litoral. Formasi Wonocolo didominasi napal dengan sisipan grainstone, menandakan laut tenang dengan episode energi tinggi sesekali. Formasi Ledok tersusun atas batugamping pasiran, hasil campuran karbonat dan material terrigenous.
Secara struktural, morfologi antiklin menjadi fitur dominan yang memengaruhi kemunculan singkapan, distribusi litologi, dan pola pengaliran. Struktur ini tidak hanya berperan dalam pembentukan bentang alam, tetapi juga berpotensi menjadi perangkap hidrokarbon di bawah permukaan. Kondisi ini menempatkan Kavling 7 sebagai lokasi yang relevan baik untuk studi geologi akademis maupun eksplorasi sumber daya.
Fitur Unik dan Potensi Sumber Daya
Kavling 7 memiliki keunikan tersendiri karena berada dekat dengan lapangan minyak tradisional Wonocolo yang telah lama dikenal sebagai penghasil minyak bumi yang diambil dari formasi ngrayong di Jawa Timur. Keberadaan antiklin di wilayah ini dapat berfungsi sebagai perangkap struktural, yang menjadi salah satu faktor penting dalam akumulasi minyak bumi. Potensi hidrokarbon ini menjadikan Kavling 7 strategis untuk penelitian sistem petroleum dan perencanaan eksplorasi.
Selain minyak bumi, kawasan ini juga kaya sumber daya karbonat, khususnya batugamping dari Formasi Bulu dan Ledok. Sumber daya ini banyak dimanfaatkan di wilayah sekitar untuk industri semen, bahan bangunan, dan kapur pertanian. Aktivitas penambangan batugamping, bila dikelola dengan prinsip keberlanjutan, dapat menjadi penggerak ekonomi lokal sekaligus mendukung pertumbuhan infrastruktur daerah. Kombinasi potensi energi fosil dan bahan galian industri menjadikan Kavling 7 sebagai titik penting dalam peta geologi ekonomi di wilayah perbatasan Bojonegoro–Blora–Tuban.
Kontribusi terhadap Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
Potensi sumber daya dan informasi geologi Kavling 7 memiliki relevansi erat dengan beberapa tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Pada SDG 7: Affordable and Clean Energy, kajian geologi yang baik dapat mengoptimalkan pemanfaatan minyak bumi di sekitar Formasi Ngrayong sambil meminimalkan dampak lingkungannya. Meskipun minyak bumi adalah energi fosil, pengelolaannya yang bijak dapat mendukung ketersediaan energi sambil mempersiapkan transisi menuju sumber energi terbarukan.
Sumber daya batugamping terkait dengan SDG 9: Industry, Innovation, and Infrastructure, karena menjadi bahan penting untuk pembangunan. Pengelolaan tambang secara berkelanjutan juga mendukung SDG 12: Responsible Consumption and Production, memastikan eksploitasi tidak merusak ekosistem.

Kesimpulan
Kavling 7 Desa Jamprong adalah lokasi yang memiliki nilai geologi, ekonomi, dan edukasi tinggi. Keberadaan antiklin yang jelas, urutan stratigrafi lengkap, potensi minyak bumi, dan sumber daya batugamping menjadikannya penting untuk berbagai kepentingan, mulai dari penelitian akademis hingga pengembangan ekonomi lokal. Aktivitas pemetaan di kawasan ini tidak hanya mengungkap kondisi geologi permukaan, tetapi juga memberikan dasar ilmiah untuk pengelolaan sumber daya secara bijak.
Dengan keterkaitannya pada beberapa poin SDGs, hasil kajian di Kavling 7 menunjukkan bahwa geologi dapat menjadi pilar penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Integrasi antara pemahaman ilmiah, pemanfaatan sumber daya, dan perlindungan lingkungan menjadikan kawasan ini sebagai contoh nyata bahwa studi geologi bukan hanya untuk memahami masa lalu bumi, tetapi juga untuk merancang masa depan yang berkelanjutan.
Kalau mau, saya bisa buatkan peta dan penampang geologi Kavling 7 untuk melengkapi artikel ini, sehingga pembaca langsung bisa melihat posisi antiklin dan persebaran formasi yang disebutkan. Itu akan membuat artikelnya jauh lebih kuat secara visual dan ilmiah.