Tim Magmagama Expedition Pecinta Alam Teknik Geologi FT UGM Tuntaskan Ekspedisi ke Nusa Tenggara Timur: Menaklukan Pemetaan Isopach di Timur Nusantara

Bajawa, Flores – Mei 2025. Tim Magmagama Expedition, unit pecinta alam dari Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), sukses melaksanakan ekspedisi riset, pendakian, dan budaya di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di sekitar Gunung Inerie, Kabupaten Ngada. Ekspedisi yang berlangsung selama lebih dari sepekan ini bukan hanya menjadi ajang pengayaan pengetahuan geologi, tetapi juga pengalaman kebersamaan yang penuh dinamika dan nilai-nilai kemanusiaan.

Keberangkatan dimulai pada 2 Mei 2025, dan perjalanan ekspedisi dimulai pada 3 Mei 2025 dengan nuansa akrab dan penuh semangat. Tim memulai harinya di Penginapan St. Yosef, Bajawa, dengan sarapan khas seperti nasi beras merah dan tumis labu. Perjalanan ke basecamp yakni di Rumah Papa Rinus menjadi awal mula petualangan, diwarnai diwarnai dengan bersama tuan rumah, dan reconnaissance untuk menyamakan perspektif teknis pemetaan di lapangan. Hari ditutup dengan santap ikan bakar bersama, ditemani udara hangat Bajawa.

Tanggal 4 – 7 Mei 2025 menjadi inti dari aktivitas pemetaan isopach yang dilakukan oleh lima tim kavling (A hingga E). Masing-masing tim menghadapi tantangan tersendiri, dari ban bocor, tersesat di hutan, hujan deras, hingga kesalahan koordinasi lokasi. Namun, semangat tak pernah padam. Kavling A berhasil mengidentifikasi lapilli tuff dengan karakteristik warna yang berbeda. Kavling B bekerja di tengah hujan deras dan berhasil membawa pulang 10 STA serta menemukan variasi abu dan lapilli yang kompleks. Kavling C menemukan singkapan dominan breksi dan singkapan yang berupa tambang milik warga. Kavling D berhasil mengumpulkan lapisan, seperti grey ash, red ash, dan lain sebagainya. Kavling E menjelajah hingga Kampung Adat Nage dan menemukan singkapan dengan lapisan, seperti red ash lapilli, grey ash, dan lain sebagainya. Semua temuan di lapangan diolah dan dilakukan korelasi serta interpretasi setiap malam hari setelah kegiatan pemetaan didapatkan. Dari pemetaan isopach didapatkan hasil bahwa Gunung Inerie memiliki Volcanic Explosivity Index (VEI) sebesar 2.

Pada 9 Mei 2025, tim meluaskan perjalanan ekspedisi dengan kunjungan ke Kampung Adat Gurusina. Di sana, tim melakukan wawancara mendalam bersama Om Mirus, pengelola kampung, sebagai bagian dari dokumentasi budaya. Sesi ini menjadi upaya memperkenalkan budaya lokal ke khalayak yang lebih luas. Tim Magmagama juga menggelar aksi sosial “Jumat Berkah” dengan membagikan nasi padang kepada jamaah Masjid Agung Al-Ghuraba Baiturrahman Bajawa. Kolaborasi ini didukung oleh KAGEOGAMA, sebagai bentuk kontribusi nyata dari mahasiswa geologi untuk masyarakat sekitar.

Pada 10 Mei 2025, tim melakukan pendakian Gunung Inerie dengan tujuan memetakan jalur, rekomendasi pos, dan titik-titik rawan di jalur pendakian Gunung Inerie menggunakan metode ‘tektok’. Pendakian diawali pada pukul 02.30 WITA dan mencapai Puncak Gunung Inerie pada pukul 07.30 WITA. Pada sore dihari yang sama, tim melakukan eksplorasi budaya daerah setempat lagi ke Kampung Adat Bena. Esoknya tim melakukan presentasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur dengan membawakan hasil yang memuaskan. Pada 11 Mei 2025, perjalanan kepulangan ke Yogyakarta pun dimulai.

Magmagama Ekspedisi Chapter IV Inerie berhasil dituntaskan. Kegiatan ini tidak hanya mencatatkan riset terkait isopach di Gunung Inerie ataupun pendakian saja, tetapi juga mempererat solidaritas, kepekaan budaya, dan kepedulian sosial. Setiap langkah, dari lereng Gunung Inerie, adalah kisah tentang semangat muda yang mengeja bumi Indonesia. Sampai jumpa di petualangan selanjutnya. Salam Lestari!

Penulis: Galih Hanim Mu’arofah
Fotografer: Andika Kusuma Bayangkara, Riza Edria Yogantara

 

Humas Departemen | Mei 2025