Mengulik Indahnya Sabana Daerah Sambonganyar, Wonosemi, Dan Sekitarnya : Perjalanan Pemetaan Geologi Di Atas Antiklin Yang Panjang

Penulis: Rifki Kadri Siagian

 

Pemetaan Kuliah Lapangan Geologi merupakan ajang yang berkesan dan penuh tantangan dalam proses mengasah keterampilan lapangan seorang mahasiswa Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Pengalaman yang berharga, penuh tantangan dan dedikasi dalam mencari hal yang tersembunyi dari suatu wilayah pemetaan. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Sambonganyar, Wonosemi, Banjarejo, dan sekitarnya, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Kavling 110 dengan luas 4 × 5 km ini masuk ke dalam Zona Rembang, zona yang luas dan penuh dengan struktur-struktur geologi di dalamnya.

Pemetaan dilaksanakan pada tanggal 2 – 21 Juli 2025, waktu yang panjang dan penuh dengan harapan. Daerah pemetaan memiliki sabana yang luas dan perkebunan warga yang subur. Hal ini menjadi sesuatu yang dibanggakan karena dapat mendorong semangat dalam pemetaan. Daerah ini menjadi bagian pemetaan untuk kelompok 13 yang terdiri dari Luiz A.P. Sirait, Muhammad R.R. Wahid, Rifki K. Siagian, dan Taura M.A. Fiandra. Teman kelompok yang sangat membantu dan tempat kelu kesah di setiap malam. Kami juga memiliki dosen pembimbing yang hebat dan selalu mendukung setiap proses kami, yaitu Bapak Ir. Moch. Indra Novian, S.T., M.Eng.

Selama kegiatan kami tinggal di basecamp yang terletak di Desa Banjarejo, yang tidak jauh dari kavling masing-masing. Setiap pagi pukul 06.00 WIB, kami bergegas dan mempersiapkan segala hal yang diperlukan di lapangan, rutinitas ini menjadi awal kami dalam pemetaan. Hari pertama kami mencari jalan dan mempelajari medan yang ada sembari mencari singkapan untuk recognition di hari berikutnya bersama dosen. Pukul 17.00 WIB, kami sudah harus berkumpul di basecamp, bercerita dan saling berdiskusi akan data-data yang kami peroleh di lapangan dan rencana lintasan yang akan kami lalui di hari esok.

Setiap hari kami melakukan aktivitas yang sama, dengan masalah yang berbeda-beda. Mulai dari identifikasi litologi, pengukuran struktur geologi, serta pengambilan sampel batuan. Minggu pertama, saya melakukan pemetaan secara mandiri dengan kavling yang hampir semuanya diisi oleh vegetasi yang lebat dan susah dijangkau. Singkapan yang susah ditemui dan kebanyakan lapuk ditambah jalan yang masih susah untuk diakses, itu menjadi tantangan tersendiri yang harus saya lalui. Namun, saya tetap berusaha untuk mengambil data yang ada semaksimal mungkin.

Di kavling saya, terdiri dari 3 formasi yaitu Formasi Ledok, Formasi Mundu, dan Formasi Tambakromo. Secara geomorfologi, kavling ini terbagi menjadi perbukitan antiklin Wonosemi, lembah homoklin Sambonganyar, perbukitan kuesta Sambonganyar, dan endapan alluvium Banjarejo-Kunduran. Morfologi ini disusun oleh litologi berupa batugamping, batupasir lanauan karbonatan, batulanau karbonatan, batulanau pasiran karbonatan, dan endapan lanau-pasir. Semua kenampakan yang ada dikontrol oleh struktur dan proses endogenik dan eksogenik yang terjadi.

Kegiatan ini memberikan hasil pemetaan geologi yang tidak hanya sekadar data lapangan, tetapi memberikan identifikasi terhadap potensi energi dan air bersih, serta mitigasi risiko bencana. Selain itu, daerah ini juga dimanfaatkan sebagai tempat berkebun dan bertani seperti jagung, tebu dan berbagai tanaman lainnya. Dengan begitu, pemahaman yang diberikan dapat mendorong dan memberikan manfaat dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

 

Humas Departemen | Oktober 2025