Penulis : Kevin Arka Musyaffa

Pemetaan Geologi Mandiri di Teknik Geologi UGM wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa yang telah menyelesaikan studi di 4 semester pertama. Hal tersebut dilakukan untuk menginplementasikan semua pembelajaran dan praktikum yang telah dilakukan sebelumnya, dan hal ini juga yang menjadi dasar atau pekerjaan utama seorang geologist. Pemetaan yang saya lakukan berada di Daerah Kecamatan Jatirogo, Kecamatan Bangilan dan sekitarnya, Kabupaten Tuban, Jawa Timur dengan kaveling berukuran 4 x 5 km. Pemetaan dilakukan secara sistematis mulai dari survei lapangan dengan mendatangi titik titik koordinat yang telah di rencanakan sebelumnya, melakukan orientasi medan, deskripsi singkapan dan morfologi, pendokumentasian, pengukuran struktur dan pengambilan sampel batuan untuk diamati dan di analisis lebih lanjut. Pemetaan dilakukan selama kurang lebih 18 hari dengan waktu offday sebanyak 4 hari. Aktivitas pemetaan dimulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Basecamp yang kami tempati berada di Balai Desa Kumpulrejo, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban yang berada di pemukiman Warga Dusun Tawun.

Di kaveling nomor 18, secara umum singkapan yang ideal lumayan sulit ditemukan, karena pada kondisi lapangan menunjukan tata guna lahan yang sudah digunakan untuk perkebunan jagung dan hutan jati. Sehingga singkapan yang kami temui bisa dinilai kurang ideal, hanya berbentuk seperti boulder dan dibeberapa tempat ditemui koluvial dan aluvial. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk dapat mengambil data se-representatif mungkin. Namun dibalik dengan kekurangan tersebut, kaveling pemetaan ini masih dapat dilakukan pengambilan data dengan baik namun harus dengan ketelitian tinggi. Dari kegiatan pemetaan yang kami lakukan, didapatkan pada kaveling 18 dibentuk oleh morfologi perbukitan kuesta, perbukitan antiklin terdenudasi dan punggungan blok sesar. Dari unsur litologi, disusun oleh 4 satuan litologi, yaitu batupasir, perselingan batupasir dan batugamping kristalin, batugamping kristalin, dan napal sisipan wackestone. Satuan tersebut menunjukan urutan stratigrafi dari yang paling tua. Ditemukan juga beberapa struktur seperti kekar gerus, sesar geser sinistral, dan sesar naik. Sewaktu melakukan pemetaan, kami juga menemukan beberapa geomorfologi yang menarik, yaitu terdapat punggungan blok sesar yang bernama Gunung Katong yang tersusun oleh batugamping kristalin. Dalam cerita masyarakat setempat, Gunung tersebut disebut sebagai “Keraton” dan banyak hal tentang supranatural. Banyak mitos yang mengatakan di Gunung tersebut terdapat siluman harimau, ular besar, sering tercium bau dupa dan bunga kuburan. Beberapa orang mengatakan juga bahwa Gunung tersebut merupakan bekas peradaban kuno di masa majapahit, karena memang pernah ditemukan beberapa penemuan seperti artefak kuno. Fenomena ini pernah diangkat dalam cerita arkeologi yang diunggah di kanal youtube dengan judul “Jejak Tuhan Kalang di Gunung Katong Bangilan, Tuban”. Hal ini menjadi sangat menarik untuk penelitian para arkeologi. Namun jika ditinjau dari sisi geologi, Gunung tersebut terbentuk dari pengangkatan batugamping kristalin oleh sesar naik sehingga terbentuk seperti punggungan. Jejak sesar naik tersebut juga kami dapatkan sewaktu melakukan pemetaan berupa offset rekahan dengan adanya bidang sesar yang jelas.


Kegiatan pemetaan yang kami lakukan dapat berkontribusi pada pengelolaan lahan di wilayah tersebut. Karena kami menemukan adanya aktivitas penambangan pasir kuarsa di wilayah yang berdekatan dengan kaveling 18, sehingga adanya kegiatan pemetaan ini dapat membantu masyarakat/pengelola untuk mengetahui sebaran batupasir kuarsa yang ada. Pengukuran pada struitur juga dapat menjadi mitigasi bagi masyarakat yang beraktivitas di sekitar zona sesar, karena banyak masyarakat di sana yang bekerja sebagai penebang dan petani hutan. Penentuan sungai utama dan intermiten juga dapat menjadi pertimbangan para petani hutan jika ingin membuka lahan untuk persawahan ataupun perkebunan.
Humas Departemen | September 2025