Menyusuri Morfologi Kuesta di Zona Rembang

Penulis: Bella Natasha Dwina Hutapea

 

Pemetaan Geologi Mandiri tahun 2025 menjadi kesempatan berharga bagi mahasiswa Departemen Teknik Geologi untuk mengasah keterampilan kerja lapangan sekaligus memahami karakter geologi daerah secara langsung. Kegiatan ini saya lakukan di Zona Rembang, tepatnya di kavling 128 yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati. Lokasi ini berada pada bagian sayap utara suatu antiklin, dengan morfologi khas berupa kuesta, homoklin, dan hogback yang membentuk deretan bukit memanjang. Lanskapnya menampilkan perbedaan lereng yang mencolok antara sisi yang curam dan sisi yang landai, memberikan gambaran yang jelas tentang hubungan antara struktur geologi dan bentuk lahan. Medan seperti ini menjadi tantangan tersendiri, karena jalur lintasan lapangan harus menyesuaikan kemiringan bukit dan akses menuju singkapan batuan yang terkadang tersembunyi di antara vegetasi lebat.

Bidang sesar geser sinistral

Kegiatan pemetaan dimulai dengan penentuan lintasan pengamatan yang memotong arah jurus lapisan, sehingga setiap singkapan dapat diamati secara berurutan dari satuan termuda hingga tertua atau sebaliknya. Setiap titik pengamatan saya dokumentasikan secara detail dalam buku catatan lapangan, meliputi posisi koordinat, jenis litologi, struktur geologi, kondisi pelapukan, hingga keterdapatan fosil atau mineral tertentu. Di lapangan, saya menjumpai keragaman litologi yang cukup kompleks, antara lain batulempung karbonatan, batulanau karbonatan, batugamping, batupasir, dan batuserpih. Variasi ini menunjukkan perubahan lingkungan pengendapan yang terekam dalam urutan batuan, mulai dari endapan laut dangkal kaya karbonat hingga sedimen berbutir halus yang mengendap pada lingkungan laut lebih tenang. Tekstur, warna, dan kekompakan batuan bervariasi, memberi petunjuk penting mengenai proses sedimentasi dan kondisi tektonik masa lalu yang memengaruhi wilayah ini.

Trace fossil

Keberadaan batuan karbonatan seperti batugamping dan batulempung karbonatan di daerah pemetaan memberikan indikasi adanya potensi sistem karst bawah permukaan. Hal ini membuka peluang untuk penelitian hidrogeologi lebih lanjut, mengingat batuan karbonatan berpotensi menyimpan dan mengalirkan air tanah melalui celah dan saluran terlarut. Dalam beberapa titik pengamatan, morfologi permukaan yang tidak rata dan adanya pelarutan lokal menguatkan dugaan tersebut. Potensi ini tentu memiliki arti penting bagi masyarakat setempat, terutama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Selain itu, kombinasi litologi karbonatan dan non-karbonatan di daerah ini memberikan wawasan tentang distribusi kekuatan batuan dan permeabilitasnya, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kestabilan lereng di zona kuesta.

Perlapisan batuan pada dinding sungai

Struktur geologi di wilayah pemetaan sangat berperan dalam membentuk lanskap yang ada. Lapisan batuan yang miring mengikuti arah sayap antiklin menciptakan pola lereng asimetris khas kuesta. Lereng curam terbentuk pada batuan yang lebih resisten seperti batugamping dan batupasir, sedangkan lereng landai cenderung berkembang pada batuan yang lebih lunak seperti batulempung atau batuserpih. Perbedaan ini tidak hanya menentukan bentuklahan, tetapi juga mempengaruhi pola aliran permukaan dan potensi terjadinya longsor. Pada beberapa lokasi, retakan dan kekar yang berkembang di batuan keras dapat menjadi jalur masuk air, yang kemudian mempercepat proses pelapukan atau pelarutan.

Dari sisi pemanfaatan, daerah ini memiliki potensi ekonomi melalui penambangan batuan karbonatan, khususnya batugamping yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri semen, bahan bangunan, maupun pertanian. Namun, keberadaan potensi tersebut perlu diimbangi dengan kajian dampak lingkungan yang matang, mengingat batuan karbonatan juga berperan penting dalam sistem hidrogeologi lokal dan fungsi ekologis kawasan. Kegiatan pemetaan geologi di kavling 128 dapat menjadi dasar informasi bagi pihak terkait dalam merumuskan strategi pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan, sekaligus menjadi acuan untuk mitigasi risiko geologi seperti longsor atau degradasi lingkungan akibat eksploitasi yang berlebihan.

Secara keseluruhan, pemetaan geologi mandiri ini tidak hanya memperkaya pemahaman saya terhadap konsep geologi lapangan, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap pemahaman geologi lokal di Wukirsari. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, mulai dari kajian akademik, perencanaan tata ruang berbasis geologi, hingga pengembangan potensi wisata alam berbasis geowisata. Dengan demikian, kegiatan ini membuktikan bahwa pemetaan geologi tidak sekadar tugas akademik, melainkan juga sebuah upaya menghubungkan pengetahuan ilmiah dengan kebutuhan nyata masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

 

Humas Departemen | Oktober 2025