Penulis: Alter Daud Mangaraja Pangaribuan

Kecamatan Lasem, Pamotan, dan Pancur merupakan tiga kecamatan yang terletak di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Secara geologi, wilayah ini menyimpan keunikan tersendiri, terutama pada aspek struktur geologi dan sejarah aktivitas vulkaniknya. Kompleksitas geologi yang dimiliki menjadikan daerah ini sebagai salah satu lokasi yang menarik untuk kegiatan pemetaan geologi. Keunikan tersebut pula yang menjadi alasan dipilihnya kawasan ini sebagai lokasi pemetaan geologi mandiri oleh mahasiswa Program Studi Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada angkatan 2023. Salah satu mahasiswa yang berkesempatan melakukan pemetaan di wilayah ini adalah Alter Daud Mangaraja Pangaribuan.
Pemetaan geologi merupakan salah satu cara terbaik untuk menyingkap sejarah bumi, menghadirkan kisah tentang proses alam yang membentuk bentang wilayah dan menyimpan keindahan yang unik. Salah satu pengalaman berharga yang saya rasakan adalah ketika melakukan pemetaan mandiri di kaki Gunung Lasem. Lokasi yang mencakup area seluas ±4 × 5 km di Kavling 73 ini, secara fisiografis termasuk dalam Zona Kendeng yang memiliki kompleksitas geologi khas.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi sebuah perjalanan ilmiah yang penuh dengan observasi dan analisis, tetapi juga menjelma menjadi sebuah petualangan lapangan yang sarat warna. Setiap langkah di medan yang beragam, dari lembah curam hingga singkapan batuan yang sulit diakses, membawa cerita tersendiri. Suka duka selama pemetaan, mulai dari keberhasilan menemukan singkapan, hingga menghadapi cuaca yang tak menentu menjadi bagian dari pengalaman yang tak ternilai. Bagi saya, seluruh proses ini bukan sekadar pencarian data, tetapi juga sebuah perjalanan yang akan selalu saya kenang sebagai bagian dari perjalanan menjadi seorang geologist.
Pemetaan geologi di wilayah ini dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan penuh, mencakup seluruh tahapan kegiatan lapangan mulai dari persiapan, pengamatan langsung, hingga pengolahan data yang di dapat selama di lapangan. Data yang didapat berupa data litologi untuk mengidentifikasi jenis dan karakteristik batuan, pemetaan geomorfologi untuk memahami bentuk bentang alam dan proses pembentukannya, pengukuran dan analisis struktur geologi seperti sesar, kekar, dan pencatatan aspek geologi lainnya.

Data lapangan yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara sistematis untuk menghasilkan berbagai produk peta, antara lain peta geologi, peta pola penyaluran, peta aspek geomorfologi, kolom stratigrafi, serta peta struktur geologi yang dilengkapi dengan penampang geologi. Selain itu, dilakukan pula interpretasi evolusi geologi daerah pemetaan untuk merekonstruksi sejarah pembentukan dan perkembangan geologi di kawasan kaki Gunung Lasem. Seluruh hasil tersebut disusun menjadi laporan komprehensif yang akan dituang ke dalam bentuk poster pameran pemetaan.
Selama kegiatan pemetaan berlangsung, para mapper mengalami begitu banyak pengalaman dan cerita yang tak terlupakan. Setiap hari di lapangan menghadirkan tantangan sekaligus pelajaran baru yang memperkaya wawasan dan keterampilan. Sesuai dengan fokus utama pemetaan di wilayah ini, deformasi geologi menjadi fenomena yang paling menonjol dan tersingkap di berbagai titik pengamatan. Keberadaan patahan seakan menjadi “menu harian” yang selalu dijumpai oleh para mapper, baik dalam bentuk sesar aktif maupun sesar tua yang telah mengalami proses pelapukan.

Daerah kaki Gunung Lasem, yang mencakup Kecamatan Pamotan, Pancur, dan Lasem, memiliki karakteristik geologi yang unik dan kompleks, meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi.
Secara geomorfologi, wilayah pemetaan dapat dibagi menjadi tiga satuan utama berdasarkan morfografi, morfometri, dan morfogenesis. Pertama, Punggungan Aliran Lava Lasem terletak di bagian timur laut hingga tenggara daerah pemetaan, berada pada ketinggian sekitar 100–250 m dengan kemiringan lereng 15°–35°. Satuan ini terbentuk akibat aliran lava dari aktivitas vulkanik Gunung Lasem pada masa lalu. Litologinya didominasi oleh andesit masif dengan tingkat kekompakan tinggi, yang memberikan ketahanan terhadap erosi.

Kedua, Dataran Kaki Gunung Lasem berada mengelilingi tubuh gunung di bagian bawah, pada ketinggian 50–150 m dengan kemiringan lereng 5°–15°. Satuan ini tersusun oleh breksi vulkanik yang telah mengalami pelapukan sedang hingga lanjut. Bentuklahan ini berfungsi sebagai transisi antara punggungan lava dan dataran rendah di sekitarnya.

Ketiga, Dataran Antara Kaki Gunung Api Lasem–Senjong terletak di bagian barat hingga barat laut daerah pemetaan, pada ketinggian 25–50 m dengan kemiringan lereng landai 2°–8°. Bentuklahan ini merupakan dataran koluvial yang terbentuk di antara dua kompleks gunung api, yaitu Lasem dan Senjong. Material penyusunnya terdiri dari endapan (lanau hingga pasir) dan fragmen vulkanik yang terendapkan oleh aliran air dan proses gravitasi. Untuk pola penyaluran sungai yang mendominasi seluruh kavling saya adalah dominan subparalel, dentritik dan subdentritik.

Stratigrafi daerah pemetaan terdiri atas lima satuan utama yang tersusun tidak selaras. Satuan tertua adalah Batugamping Kalsilutit yang berumur Miosen Akhir hingga Pliosen. Batugamping ini berwarna keabu-abuan hingga kekuningan, berbutir sangat halus, dan memiliki struktur masif, memiliki ketahanan tinggi terhadap erosi, serta di beberapa tempat menunjukkan rekahan dan pelarutan (karstifikasi).


Di atasnya terdapat Lapili Tuff yang berasal dari produk erupsi eksplosif Gunung Lasem pada masa vulkanisme aktif, diperkirakan berumur Kuarter Tua. Satuan ini terdiri atas fragmen piroklastik berukuran lapili yang terikat oleh matriks tuf halus, berwarna abu-abu muda hingga coklat, dengan tingkat pelapukan sedang.

Selanjutnya dijumpai satuan Andesit yang berumur Kuarter Tua hingga Kuarter Muda. Satuan ini tersusun oleh lava andesit masif berwarna abu-abu gelap dengan tekstur porfiritik, mengandung fenokris plagioklas dan piroksen. Andesit ini umumnya menunjukkan kekompakan tinggi dan sering membentuk punggungan terjal.

Satuan berikutnya adalah Breksi Vulkanik yang juga berumur Kuarter, tersusun atas fragmen batuan vulkanik beragam terutama andesit dan basalt, berukuran kerikil hingga bongkah dengan matriks tuf. Satuan ini memiliki ketahanan yang baik terhadap erosi dan banyak ditemukan di lereng curam maupun punggungan.

Satuan termuda adalah Endapan yang berumur Holosen. Endapan ini tersusun dari material lepas berukuran lanau hingga pasir, berwarna coklat keabuan, hasil proses fluvial yang mengisi dataran rendah dan bantaran sungai.
Struktur geologi di daerah ini didominasi oleh sistem sesar dengan orientasi gaya utama NW–SE, yang berperan penting dalam membentuk morfologi dan pola struktur batuan. Aktivitas tektonik yang terkait dengan gaya utama ini menghasilkan pembentukan sesar-sesar mayor dan minor.
Sesar mayor pada umumnya berupa sesar geser (strike-slip fault) yang mengikuti kelurusan utama NW–SE. Gerakan ini memicu pergeseran blok batuan secara berulang, sehingga memunculkan kelurusan-kelurusan sekunder yang searah atau membentuk pola berpotongan dengan kelurusan utama. Proses ini menunjukkan bahwa gaya tektonik NW–SE bekerja secara persisten dan berulang dalam jangka waktu panjang.
Di sisi lain, sesar minor terbentuk sebagai hasil deformasi lokal yang merupakan respon terhadap pengaruh gaya mayor tersebut. Sesar-sesar minor ini memiliki orientasi yang lebih bervariasi, tergantung pada kondisi setempat dan posisi relatif terhadap sesar mayor. Keberadaan sesar minor ini berperan dalam memperlemah massa batuan dan dapat menjadi jalur lemah yang mempengaruhi pola pelapukan, dan erosi.

Wilayah Lasem menawarkan potensi besar, baik dari segi geowisata maupun studi geologi. Daerah ini memiliki keunikan lanskap pesisir dan perbukitan yang dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai destinasi wisata alam dan edukasi. Selain itu, keberadaan singkapan batuan serta struktur geologi di wilayah ini menjadi aset penting untuk penelitian ilmiah, khususnya dalam memahami sejarah geologi kawasan pantai utara Jawa.
Selain potensi geologi, Lasem juga dikenal sebagai daerah dengan aktivitas ekonomi lokal yang beragam. Pertanian dan perkebunan tetap menjadi penopang kehidupan masyarakat, dengan tanaman seperti padi, tebu, dan palawija yang banyak dibudidayakan. Di sisi lain, material batu gamping dan sumber daya alam lainnya sering dimanfaatkan untuk kebutuhan lokal. Dengan pengelolaan yang tepat, Lasem memiliki peluang untuk menggabungkan manfaat ekonomi, pelestarian alam, dan pengembangan nilai-nilai geologi serta budaya yang dimilikinya.
Pemetaan geologi di daerah Lasem menyajikan gambaran komprehensif mengenai kondisi geologi setempat, mencakup aspek litologi, struktur geologi, geomorfologi, dan stratigrafi. Variasi litologi seperti batugamping, batuan vulkanik, dan endapan beserta keberadaan struktur sesar dan kekar, tidak hanya bernilai bagi kajian akademis, tetapi juga menawarkan potensi praktis untuk pengelolaan sumber daya alam, pengembangan geowisata, mitigasi bencana, serta perencanaan pembangunan wilayah.
Sebagai bagian dari kegiatan akademis, pemetaan ini berfungsi sebagai media pembelajaran yang menghubungkan teori geologi dengan penerapan langsung di lapangan. Temuan yang diperoleh menjadi landasan penting bagi penelitian lebih lanjut dan pengembangan daerah Lasem secara berkelanjutan.
Humas Departemen | Oktober 2025