Penulis: John Oliver Home
Kuliah lapangan merupakan salah satu tahapan penting dalam proses pembelajaran geologi karena memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan teori yang telah dipelajari di kelas langsung pada kondisi alam sesungguhnya. Salah satu pengalaman berharga yang saya ikuti adalah kegiatan kuliah lapangan di Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Wilayah ini memiliki karakteristik geologi yang unik, sehingga menjadi laboratorium alam yang ideal untuk mempelajari hubungan antara litologi, struktur geologi, dan potensi sumber daya lokal.
Kegiatan ini berlangsung selama beberapa hari dan melibatkan pembagian area kerja atau “kavling” bagi setiap kelompok. Pembagian kavling bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan observasi dan pemetaan geologi secara detail pada skala yang lebih kecil, sekaligus mengasah keterampilan bekerja dengan data lapangan yang spesifik. Dalam tulisan ini, saya akan membagi pengalaman tersebut ke dalam tiga bagian: aktivitas mapping di kavling, fitur geologi lokal yang diamati, dan kontribusi pemetaan terhadap pengetahuan dan potensi lokal.
Kavling yang saya tempati terletak di zona peralihan antara dataran rendah dan perbukitan karst. Luasnya sekitar beberapa kilometer persegi, dengan variasi relief yang cukup menantang. Hari pertama dimulai dengan orientasi medan—menentukan titik akses, jalur lintasan, serta titik-titik penting yang perlu dikunjungi.
Aktivitas pemetaan mencakup beberapa langkah penting:
- Pengukuran dan Pencatatan Data Lapangan
Setiap singkapan batuan yang ditemui diidentifikasi litologinya, diukur orientasi kekar atau perlapisan (strike-dip), dan difoto untuk dokumentasi. Kami menggunakan kompas geologi untuk pengukuran dan GPS untuk mencatat posisi koordinat.
- Pengambilan Sampel Batuan
Sampel diambil dari singkapan representatif untuk analisis lebih lanjut di laboratorium. Proses ini dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan lokasi dan kondisi singkapan agar tidak merusak situs secara berlebihan.
- Pembuatan Sketsa Geologi Lapangan
Di setiap titik penting, saya membuat sketsa yang menunjukkan hubungan antar lapisan, ketebalan formasi, dan fitur khusus seperti kekar atau lipatan. Sketsa ini menjadi panduan visual yang sangat membantu saat proses plotting peta.
- Pencatatan Kondisi Lingkungan Sekitar
Selain aspek geologi murni, saya juga mencatat kondisi litologi yang mungkin berhubungan dengan karakter geologi (misalnya sumur, tambang rakyat, atau tebing potensi longsor).
Hari-hari berikutnya dihabiskan untuk menyisir area kavling secara sistematis, memastikan tidak ada bagian yang terlewat. Setiap data kemudian dipindahkan ke peta kerja, diinterpretasi, dan disesuaikan dengan temuan kelompok lain di kavling berbatasan.
Kavling yang saya petakan memiliki variasi litologi yang mewakili urutan stratigrafi penting di wilayah Todanan. Berdasarkan pengamatan lapangan, batuan utama penyusunnya adalah batugamping dari Formasi Bulu, batupasir dari Formasi Ngrayong, dan batulempung dari Formasi Wonocolo. Ketiganya tersingkap pada kondisi topografi yang berbeda, membentuk pola sebaran yang dapat dihubungkan dengan proses pengendapan dan deformasi tektonik di masa lalu. Kontak antara Formasi Bulu dan Ngrayong umumnya bersifat selaras, ditandai perubahan litologi dari batupasir ke batugamping secara bertahap.
Kontak antara Ngrayong dan Wonocolo lebih jelas, terlihat dari peralihan batupasir berbutir sedang menjadi batulempung halus secara tajam. Selain kekar, terdapat indikasi lipatan minor di beberapa lokasi, dengan kemiringan lapisan yang berubah cukup tajam dalam jarak pendek. Struktur-struktur ini memberi petunjuk bahwa wilayah Todanan pernah mengalami deformasi pasca-pengendapan.
Kegiatan pemetaan geologi di kavling ini memiliki kontribusi yang dapat dirasakan baik dari sisi akademis maupun manfaat praktis bagi masyarakat lokal. Beberapa di antaranya adalah:
- Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam
Dengan mengetahui sebaran batugamping dan batulempung, dapat diidentifikasi potensi bahan galian seperti batu kapur untuk industri semen atau keramik. Data ini bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk merencanakan tata kelola sumber daya secara berkelanjutan.
- Pemetaan Potensi Bahaya Geologi
Lereng dengan batulempung plastis rawan longsor, terutama saat musim hujan. Data lapangan dapat membantu penyusunan peta rawan bencana untuk meminimalkan risiko terhadap pemukiman atau lahan pertanian.
- Pengelolaan Air Tanah
Area karst memiliki sistem akuifer yang kompleks. Pemetaan geologi membantu memahami jalur aliran air tanah, lokasi mata air, dan potensi daerah resapan. Informasi ini penting untuk menjaga keberlanjutan pasokan air bersih bagi masyarakat.
- Edukasi dan Pariwisata Geologi
Fitur seperti singkapan fosil, dolina, dan lipatan minor memiliki nilai edukasi tinggi. Jika dikembangkan dengan tepat, lokasi ini dapat menjadi bagian dari geowisata lokal yang menarik wisatawan dan memberikan pemasukan tambahan bagi warga.
Pengalaman kuliah lapangan di Todanan, Blora, tidak hanya memperkaya wawasan saya tentang geologi lapangan, tetapi juga membuka mata akan pentingnya pemetaan bagi keberlanjutan pembangunan lokal. Kegiatan di kavling mengajarkan bahwa setiap titik singkapan, setiap garis kekar, dan setiap perubahan litologi adalah bagian dari cerita panjang terbentuknya bumi di wilayah ini.

Lebih dari itu, pemetaan geologi bukan hanya aktivitas akademis untuk mengasah kemampuan interpretasi, tetapi juga memiliki dampak nyata bagi masyarakat. Dengan memadukan pemahaman ilmiah dan kepedulian terhadap kondisi lokal, hasil kuliah lapangan ini diharapkan dapat menjadi fondasi bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan yang lebih bijaksana di masa depan.
Humas Departemen | Oktober 2025